Di dalam perjalanan, Abdullah anak Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhuma bertemu dengan seorang badui. Walau orang arab pedalaman itu berpenampilan tak mengesankan, Abdullah bin Umar langsung mengucapkan salam, menuntun unta si badui, dan memberikan sorban kepadanya.
Melihat kejanggalan perbuatan sahabat Nabi
yang mulia ini, Abdullah bin Dinar yang berada di dekat lokasi bertanya penuh
keheranan. Katanya, “Semoga Allah Ta’ala memberkahimu. Sungguh, mereka adalah
orang-orang badui. Mereka lebih suka dengan hal-hal yang mudah.”
Menurut Abdullah bin Dinar, orang badui
tidak suka dengan penghormatan dan pelayanan. Dia pun berkata demikian kepada
Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu.
“Sungguh,” jawab Abdullah bin Umar
Radhiyallahu ‘anhu menyampaikan keterangan, “bapak dari orang badui ini sangat
dekat dengan ayahku, Umar bin Khaththab.”
Kemudian, anak Umar bin Khaththab ini
menyampaikan sebuah hadits mulia yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Imam
Ibnu Majah, dan Imam Ibnu Hibban Rahimahumullah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya kebaikan yang paling utama adalah menyambung
tali silaturahim dengan orang-orang terdekat bapaknya.”
Inilah akhlak yang agung. Sebuah perbuatan
mulia yang diajarkan oleh Islam. Menghormati orang lain dengan hormat yang
sempurna. Berbuat baik kepada orang-orang yang memiliki hubungan baik dengan
ayah atau orang tua kita.
Dalam hadits lain disebutkan, ada anak
yang berlaku buruk sampai memarahi orang tuanya. Rupanya, dia tidak melakukan
itu kepada orang tua kandung, tapi perbuatan buruk itu dilakukan kepada orang
lain. Lantaran perbuatan tersebut, si anak dari orang tua pun memberikan
balasan kepada orang tua dari anak yang berlaku buruk tersebut.
Apa yang dilakukan oleh Abdullah bin Umar
Radhiyallahu ‘anhuma ini merupakan perangai mulia yang termasuk dalam lima cara
berbakti kepada orang tua yang telah meninggal dunia.
Seorang dari Bani Salamah mendatangi Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”Ya Rasulullah,” tanyanya, “adakah kebaikan yang
bisa aku lakukan untuk kedua orang tuaku setelah mereka meninggal dunia?”
“Ya,” jawab beliau sebagaimana
diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Imam Ibnu Majah, dan Imam Ibnu Hibban
Rahimahumullah, “yaitu dengan mendoakan keduanya, meminta ampunan untuk
keduanya, melaksanakan jani-janjinya, menyambung tali silaturahim yang tidak
tersambung kecuali oleh keduanya, dan menghormati sahabat-sahabat keduanya.”